JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti Widya Putri menilai saat ini potensi sumber energi fosil nasional masih besar, akan tetapi belum semua potensi energi fosil tersebut bisa dimanfaatkan. Hal tersebut diungkapkannya menyusul pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif yang mengatakan cadangan minyak bumi di Indonesia bisa habis dalam waktu sembilan tahun.
Pasalnya, sumber energi yang ada saat ini, menurut Roro, begitu Dyah Roro biasa disapa, banyak yang belum dikonversi menjadi cadangan. Dijelaskan Roro, berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), jumlah cadangan minyak bumi nasional sebesar 4, 77 miliar barel dan apabila tidak dilakukan eksplorasi, cadangan tersebut akan habis dalam waktu 9 hingga 15 tahun.
Selain minyak, cadangan gas bumi hanya menyisakan 77, 3 triliun kaki kubik dan akan habis dalam waktu 22 tahun. Sedangkan cadangan batubara yaitu sebesar 36, 7 miliar ton dan akan habis dalam waktu sekitar 65 tahun dengan asumsi produksi batubara sebesar 600 sampai dengan 650 ton per tahun.
“Dunia energi di Indonesia ke depannya akan lebih bervariatif, dimana pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) sudah sangat pesat. Indonesia memiliki target komposisi bauran energi pada tahun 2025 yaitu EBT 23 persen, Batubara 30 persen, Gas Bumi 22 persen dan Minyak Bumi 25 persen. Sedangkan untuk tahun 2050 target profil bauran energi di Indonesia adalah EBT 31%, Batubara 25 persen, Gas Bumi 24 persen dan Minyak Bumi 20 persen, ” ungkap Roro melalui pesan singkatnya kepada Parlementaria, Senin (26/10/2020).
Baca juga:
Proyek Milyaran Gunakan Gas LPG Subsidi 3 Kg
|
Ditambahkan politisi Partai Golkar ini, Indonesia diproyeksikan menjadi negara ekonomi terbesar ke-5 pada tahun 2045, dimana kebutuhan energi (energy demand) diproyeksikan terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan pembangunan negara. Dan menurutnya, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan yang sangat signifikan, yaitu sebesar 442 GW yang berasal dari tenaga air (94, 3 GW), panas bumi (28, 5 GW), bioenergi (32, 6 GW), energi solar (207, 8 GWp), tenaga angin (60, 6 GW), dan tenaga laut (17, 9 GW). “Sayangnya meskipun potensinya besar, namun pemanfaatannya hingga saat ini masih kecil, ” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Roro, dengan berkurangnya cadangan energi fosil nasional, serta semakin krusialnya penerapan prinsip pembangunan berkelanjutkan, terutama dalam mengurangi efek emisi karbon, merupakan momentum yang tepat untuk melakukan transisi energi, akselerasi pengembangan, dan peningkatan daya saing EBT serta meningkatkan porsinya dalam bauran energi nasional. “Harapan besarnya RUU EBT yang sedang kami bahas di DPR bisa menjadi solusi yang tepat, ” pungkasnya. (***)