OPINI - PDIP mulai melihat Anies Baswedan sebagai sosok masa depan. Lantaran Anies belum memiliki lawan seimbang di pilgub Jakarta. Semua berebut untuk mengambil Anies sebagai kandidat calonnya, termasuk PDIP.
PDIP Jakarta sepakat untuk mengusung mantan rival Ahok ini maju di pilgub Jakarta. DPW PDIP Jakarta hanya menunggu persetujuan dari ketua umum, Megawati Soekarno Putri. Keluar surat, PDIP akan deklarasikan Anies Baswedan, menyusul PKB. PKB-lah yang pertama kali deklarasi Anies Baswedan untuk pilgub Jakarta.
Tidak kalah dengan manuver PDIP, Kaesang, ketua umum PSI ini juga memberi sinyal untuk mendampingi Anies sebagai cawagubnya. Apakah PSI bisa satu perahu dengan PDIP? Banyak pihak yang penasaran dengan isu ini.
Tidak mau ketinggalan, PKS yang notabene menjadi back bone Anies Baswedan pun ikut melakukan manuver. PKS akan menjajagi komunikasi dengan PSI. Apakah PKS juga akan setuju untuk memasangkan Anies-Kaesang? Dalam politik, tidak ada yang mustahil. Yang mustahil itu "menghidupkan orang mati". Selain itu, semuanya mungkin terjadi.
PKS punya 18 kursi di Jakarta. Sementara PSI punya 8 kursi. Mungkinkah PKS mau mengalah dengan memberikan posisi cawagub kepada Kaesang untuk mendampingi Anies Baswedan? Kalau ini dijadikan sebagai syarat buat PKS untuk masuk koalisi istana, barangkali ini adalah win win solution.
Tidak ada makan siang gratis. Semua ada harganya. Di politik, harga itu bisa dinegosiasikan. Inilah seninya dalam berpolitik. Berlaku teori pertukaran: "Cogito ergo sum". Aku memberi supaya anda memberi.
Pencalonan Anies-Kaesang kuncinya ada di PKS. Kalau PKS oke, semua akan oke. Kecuali PDIP yang tidak mudah bisa menerima Kaesang, putra bontot presiden Jokowi ini. Apa kata dunia kalau PDIP ikut mengusung Kaesang. Bagi PDIP, pasangan Anies-Kaesang akan menciptakan dinamika di internal partai.
Bagaimana pula dengan usia Kaesang yang belum genap 30 tahun saat pendaftaran? Sementara KPU belum mengakomodir putusan Mahkamah Agung (MA) untuk kemudian mengubah aturan usia di PKPU. Secara moral, ini yang akan menjadi persoalan. Meski secara hukum, semua bisa dikondisikan oleh intervensi politik.
Jika Anies-Kaesang disepakati oleh PKS, maka ini akan menutup pintu Ridwan Kamil untuk maju di DKJ. Ridwan Kamil dipaksa balik ke Jawa Barat. Baliknya Ridwan Kamil ke Jawa Barat akan mengacaukan rencana Gerindra-PAN untuk memasangkan Dedi Mulyadi - Bima Arya. Di Jawa Barat, Ridwan Kamil tidak mudah untuk ditumbangkan. Susah cari lawan tandingnya. Beda di Jakarta. Rudwan Kamil rentan tumbang.
Memasangkan Anies-Kaesang bisa membuka peluang adanya paslon tunggal dari parpol. Anies-Kaesang diusung oleh PKS, PKB, Nasdem, PSI, Golkar, Gerindra dan PAN. Jokowi cukup memanggil ketum-ketum partai itu, semua akan beres. Agustus nanti, saat pendaftaran pilgub, Jokowi masih jadi presiden RI.
Walaupun Gerindra melalui juru bicaranya terus berupaya menyodorkan Ridwan Kamil maju di pilgub Jakarta, tapi kalau Jokowi turun tangan, semua manuver akan berhenti. Adapun bagi PDIP, situasi ini bisa membuat partai yang dinahkodai Megawati ini akan kesulitas untuk cari partner koalisi.
Saat ini, semua sedang menunggu bagaimana respon PKS terhadap wacana Anies-Kaesang ini. Menunggu apa keputusan PKS setelah ketemu dengan PSI minggu depan.
Jakarta, 14 Juni 2024
Tony Rosyid*
Pengamat Politik dan pemerhati Bangsa